Patriarki, Matriarki dan Kesetaraan Gender

Patriarki dan matriarki merupakan sistem sosial yang digunakan untuk menentukan kepemimpinan di dalam suatu kelompok. Keduanya tidak menjadikan laki-laki maupun perempuan superior. Walaupun begitu, beberapa aktivis sering membawa budaya patriarki ke dalam isu kesetaraan gender. Beberapa orang bahkan sampai mengaitkan patriarki dengan kemampuan memasak dan hak untuk mendapatkan pendidikan.

Tapi, apakah benar itu terkait dengan kesetaraan gender? Untuk lebih jelasnya, kita lebih baik melihat definisinya terlebih dahulu.

Definisi Patriarki dan Matriarki


Patriarki berasal dari kata patriarkhēs yang berarti "kekuasaan dari ayah", & pemimpinnya disebut dengan patriarch. Sebaliknya, matriarki berarti "kekuasaan dari ibu", pemimpinnya disebut dengan matriarch. Di beberapa lexicon, entah kenapa definisi patriarchy jadi lebih panjang dari matriarchy.
  • Patriarchy : a system of society or government in which the father or eldest male is head of the family and descent is traced through the male line.
  • Matriarchy : a system of society or government ruled by a woman or women.

Simpelnya patriarki dan matriarki cuma penentu siapa pemimpin di dalam rumah tangga, pemerintahan, keluarga besar, atau suku. Pemimpin tentunya berbeda dengan penguasa. Lebih luasnya, ini juga dikaitkan dengan siapa yang dapat hak waris terbesar. Dalam agama kristen katolik, patriarch juga digunakan untuk menyatakan salah satu jenis jabatan dari tokoh agama. Definisi dari keduanya tidak menyertakan bisa masak atau hak pendidikan. Beberapa definisi yang diselipkan banyak "aktivis" ke definisi patriarki lebih banyak berasal dari budaya lokal yang relatif berbeda di setiap lingkungan sosial.

Pembagian Peran dan Kesetaraan


Pada dasarnya patriarki dan matriarki lebih terkait dengan kepemimpinan. Peran dalam rumah tangga tidak ditentukan secara mutlak dalam kedua sistem tersebut. Tradisi dan budaya lokal lebih berpengaruh dalam hal pembagian peran. Misalnya dalam kebanyakan budaya perempuan memiliki tugas yang terkait dengan urusan rumah tangga seperti memasak dan mengurus anak. Laki-laki umumnya diwajibkan untuk mencari nafkah. Tapi, ada kondisi di mana perempuan yang mencari nafkah sekalipun dalam budaya patriarki sehingga muncul istilah "bapak rumah tangga". Walaupun begitu, seperti yang sudah saya tulis, tidak ada pembagian peran mutlak selain soal kepemimpinan dan hak waris.

Apakah Tugas Perempuan Hanya Terkait Urusan di Rumah?


Apa perempuan harus bisa masak atau melakukan pekerjaan rumah? Tidak semua budaya yang mengusung sistem patriarki mengharuskannya, sekalipun di dalam budaya yang mengharuskan perempuan melayani "suaminya". Bagi keluarga yang punya kemampuan finansial, tugas memasak bisa saja diserahkan ke asisten rumah tangga. Pembagian tugas dalam rumah tangga bisa ditentukan oleh pasangan sebelum menikah. Sejak zaman dulu orang-orang yang mampu ada yang mempekerjakan asisten rumah tangga untuk urusan masak dan mengasuh anak.

Bisa memasak adalah kelebihan. Memilih pasangan dengan skill tertentu itu hak setiap individu. Bukan hanya laki-laki yang bisa memilih, tapi perempuan bisa saja memilih laki-laki yang bisa punya skill praktis atau mungkin bisa cari banyak uang, dan itu realistis. Kalau perempuan tidak mau diharuskan bisa masak, seorang perempuan bisa mencari laki-laki yang tidak punya kriteria tersebut dalam memilih pasangan.

Di luar keluarga, perempuan bisa saja menjadi pemimpin dalam organisasi yang didominasi laki-laki. Derajat perempuan dan laki-laki sama, terlepas dari apapun perannya di dalam suatu kelompok. Perempuan bisa bekerja seperti halnya laki-laki. Dari zaman dulu perempuan yang bekerja itu sudah biasa bahkan di tengah budaya dengan sistem patriarki.

Hak Memperoleh Pekerjaan dan Pendidikan untuk Perempuan


Pendidikan tidak berkaitan langsung dengan definisi patriarki & matriarki. Itu lebih seperti aturan yang diada-adakan sekelompok orang berdasarkan pemikiran yang subjektif. Patriarki maupun matriarki tidak membatasi hak dalam mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan yang layak. Pendidikan wajib didapatkan semua orang terlepas apapun pilihan hidupnya, bahkan untuk perempuan yang ingin jadi ibu rumah tangga.

Siapa yang tahu kalau ke depannya takdir mengharuskan perempuan yang awalnya menyerahkan sebagian peran pada laki-laki jadi lebih mandiri tanpa keberadaan pasangan maupun ortu? Bukannya bersikap pesimis, tapi itu merupakan sikap antisipatif.

Dalam hal gaji, seringkali masih ada gender wage gap atau kesenjangan gaji antar gender. Siapapun yang diuntungkan, perbedaan gaji dalam pekerjaan yang sama bukanlah sesuatu yang adil jika pengalaman kerja dan jenis pekerjaannya sama. Keputusan tersebut tidak berkaitan langsung dengan tradisi lokal, tapi lebih ke pilihan individu pemilik usaha. Walaupun begitu, pemerintah bisa membuat regulasi dan melakukan pengawasan atau bahkan memberikan sanksi kepada orang yang masih membedakan gaji berdasarkan gender.

Sebatas tambahan dari pendapat pribadi; ada baiknya, saat kita ingin idealisme kita dihargai hargai juga idealisme orang lain.

Berikutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »