Istilah ambivert dibuat oleh seorang sosiologis yang bernama Kimball Young pada 1927. Istilah tersebut berasal dari kata dalam bahasa latin ambi (disekitar / keduanya) dan vertere (berputar / berganti). Istilah ambivert kemudian dipopulerkan oleh Hans Eysenk sekitar tahun 1947 untuk menunjukkan orang yang mempunyai sensitivitas yang tinggi dari introvert dan dominasi sosial dari extrovert.
Orang-orang yang merasa dirinya ambivert umumnya menilai dirinya sebagai orang yang moody. Kadang-kadang mereka tertarik untuk menyendiri dan melakukan apa yang mereka suka. Tapi, ada saatnya mereka jadi cerewet dan berbaur di tengah keramaian.
Jung sendiri tidak pernah memperkenalkan istilah tersebut karena menurut Jung tidak ada orang (normal) yang benar-benar introvert dan tidak ada yang benar-benar murni extrovert. Introversi dan ekstroversi adalah spektrum di mana setiap orang bisa berada di antara keduanya. Tidak ada orang yang 100% introvert, dan tidak ada pula yang 100% ekstrovert, kecuali mereka punya masalah kejiwaan. Hal ini berlaku untuk introvert paling kalem atau bahkan ekstrovert paling cerewet.
Beberapa orang berbicara seolah-olah introvert dan ekstrovert seperti kepribadian di mana kita hanya memiliki salah satu kepribadian tersebut. Tapi, itu tidak sepenuhnya tepat. Seperti yang sudah saya tulis di atas, kedua kepribadian ini adalah spektrum yang tidak terbagi dua sesimpel dikotominya.
“There is no such thing as a pure introvert or extrovert. Such a person would be in the lunatic asylum.” -- C.G. JUNG
Para ahli juga banyak yang berpendapat serupa, bahwa tidak ada orang yang terlalu introvert dan terlalu extrovert. Walaupun begitu, kecenderungan untuk lebih dominan ke salah satunya memang ada sekalipun untuk orang-orang yang berada hampir tepat di tengah-tengah spektrum kepribadian tersebut.
Sebagai hasilnya, banyak orang yang berada di tengah-tengah spektrum introversi dan ekstroversi merasa :
Penjelasan Lain yang Mungkin Terkait dengan Ambiversi
Orang-orang yang merasa dirinya ambivert umumnya menilai dirinya sebagai orang yang moody. Kadang-kadang mereka tertarik untuk menyendiri dan melakukan apa yang mereka suka. Tapi, ada saatnya mereka jadi cerewet dan berbaur di tengah keramaian.
Jung sendiri tidak pernah memperkenalkan istilah tersebut karena menurut Jung tidak ada orang (normal) yang benar-benar introvert dan tidak ada yang benar-benar murni extrovert. Introversi dan ekstroversi adalah spektrum di mana setiap orang bisa berada di antara keduanya. Tidak ada orang yang 100% introvert, dan tidak ada pula yang 100% ekstrovert, kecuali mereka punya masalah kejiwaan. Hal ini berlaku untuk introvert paling kalem atau bahkan ekstrovert paling cerewet.
Beberapa orang berbicara seolah-olah introvert dan ekstrovert seperti kepribadian di mana kita hanya memiliki salah satu kepribadian tersebut. Tapi, itu tidak sepenuhnya tepat. Seperti yang sudah saya tulis di atas, kedua kepribadian ini adalah spektrum yang tidak terbagi dua sesimpel dikotominya.
“There is no such thing as a pure introvert or extrovert. Such a person would be in the lunatic asylum.” -- C.G. JUNG
Para ahli juga banyak yang berpendapat serupa, bahwa tidak ada orang yang terlalu introvert dan terlalu extrovert. Walaupun begitu, kecenderungan untuk lebih dominan ke salah satunya memang ada sekalipun untuk orang-orang yang berada hampir tepat di tengah-tengah spektrum kepribadian tersebut.
Sebagai hasilnya, banyak orang yang berada di tengah-tengah spektrum introversi dan ekstroversi merasa :
- Tidak cocok dalam dikategorikan dalam label introvert maupun ekstrovert.
- Mereka mungkin juga merasa kedua ciri kepribadian tersebut saling beresonansi pada waktu-waktu yang berbeda.
- Jika ada orang bertanya, "apakah kamu lebih suka sendiri atau di tengah banyak orang", jawaban mereka mungkin, “Tergantung".
Penjelasan Lain yang Mungkin Terkait dengan Ambiversi
- Ambivert berasal dari penilaian yang salah terkait ciri kepribadian introvert. Banyak orang yang seolah-olah menganggap introvert seperti orang yang sulit bersosialisasi. Padahal, sosialisasi juga bisa dilakukan oleh orang yang dominan introversi-nya. Walaupun begitu, introvert punya batas waktu di mana mereka akan merasa kehabisan energi saat terlalu lama berinteraksi dengan banyak orang. Mereka akan butuh isi ulang dengan menyendiri dan melakukan kegiatan yang mereka sukai.
Banyak orang yang mengidentikkan introvert dengan pemalu. Padahal Introvert dan pemalu adalah dua hal yang berbeda. Rasa malu bisa disebabkan oleh kekhawatiran terhadap penilaian orang lain. Orang yang dominan introvert maupun ekstrovert sama-sama berpeluang untuk jadi pemalu. - Orang yang merasa dirinya ambivert mungkin saja ekstrovert dengan HSP (Highly sensitive person). Orang dengan HSP bisa merasa terganggu dengan keramaian yang terlalu berlebihan, suara berisik, cahaya yang terlalu terang, dll. Mereka bisa merasa tidak betah dengan stimulasi tertentu yang terlalu lama mereka dapatkan. Tapi, mereka juga tidak butuh isi ulang energi seperti halnya orang yang dominan introversinya. Mereka hanya butuh kondisi yang nyaman untuk berinteraksi.
Ekstrovert dengan HSP lebih tertarik untuk bersosialisasi asalkan tidak ada stimulasi atau keadaan yang mengganggu. Beberapa di antara mereka malah akan merasa tidak nyaman saat terlalu lama menyendiri.
- https://introvertdear.com/ambivert-meaning-definition/
- http://www.macmillandictionaryblog.com/ambivert
- Psychological Types (buku) -- Carl G. Jung
- https://en.wikipedia.org/wiki/Extraversion_and_introversion
- https://www.researchgate.net/publication/319159711_The_ambivert_A_failed_attempt_at_a_normal_personality
- Sedikit bumbu dari pendapat pribadi