Ada beberapa teori tentang waktu termasuk teori Einstein, Newton dan
Galileo. Tapi, apapun teorinya, itu tidak bisa dengan tepat menggambarkan
apa yang terjadi jika perjalanan waktu dilakukan. Time travel akan
memunculkan "celah ruang" dari waktu yang ditinggalkan dan juga time
paradox. Selain itu beberapa orang berpendapat bahwa perjalanan waktu
menuju masa lalu adalah hal yang tidak mungkin. Percaya atau tidak
percaya tentang kemungkinan dari perjalanan waktu, itu hak anda. Saya pernah berpikir bahwa time travel adalah konsep yang egois dan cenderung menggambarkan ketidakpuasan manusia terhadap masa lalunya.
Time travel dengan kembali ke masa lalu di mana ada diri kita kemungkinan besar akan menimbulkan paradox atau causal loop. Sebuah causal loop adalah persoalan / proposisi teoritis yang disebabkan oleh retrocausality atau time travel, sehingga muncul rangkaian events sebagai penyebab dari event-event lainnya yang saling terhubung dan bahkan terulang polanya. Event kedua adalah salah satu penyebab dari event yang pertama kali disebutkan, dan event tersebut memicu loop sebab akibat. Causal loop menimbulkan sebab akibat yang tidak jelas awal mulanya.
Time paradox adalah kontradiksi logis yg terjadi akibat perjalanan waktu. Dengan melakukan perjalanan waktu, masa depan yang seharusnya akan berubah, dan terjadi hal yang tidak seharusnya terjadi. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan dari time paradox.
Trik lainnya adalah dengan memunculkan teori multiverse atau dimensi paralel. Dimensi paralel yang dikaitkan dengan time travel menggambarkan terciptanya dunia baru dari titik waktu tertentu, atau bisa juga dibilang itu adalah versi lain dari dunia kita. Tapi, tetap saja ini sebenarnya tidak bisa mencegah kemungkinan terjadinya paradox kalau ada dua orang yang sama di satu waktu.
Selain time travel yang mengirimkan fisik kita ke masa lalu, ada juga time lapse yang lebih seperti mereset waktu. Contoh time lapse ada di anime sci-fi "Steins Gate" di mana tokoh utama kembali ke masa lalu dengan ingatannya di masa depan sebagai dirinya sendiri yang ada di masa lalu.
Apapun teori dan hipotesisnya, pendapat-pendapat yang ada saat ini tentang time travel punya "celah yang bisa ditunjukkan".
Kalau mau mengulang masa lalu, menurut saya, ada cara yang mungkin seperti membuat simulasi kehidupan virtual yang menjadikan masa lalu kita sebagai awal dari kehidupan virtual kita dengan diri kita di masa lalu sebagai avatar atau tokohnya. Kalau kita bisa membuat game atau simulasi berjalan lebih cepat dari waktu yang sebenarnya dan melibatkan kita di dalamnya, bukan tidak mungkin kita bisa mengulang kisah hidup kita dengan ingatan yang berbeda. Tapi, tetap saja, itu bukan perjalanan waktu yang sebenarnya.
Relativitas waktu
Mungkin ada yang mengaitkan time travel dengan relativitas waktu. Tapi, soal relativitas waktu, saya punya pandangan lain. Ini lebih seperti persepsi perbedaan kita dalam menafsirkan waktu, dan bukan soal time travel. "Time can be faster" or "time can be slower" for two person who experience the same event. Kita juga bisa merasakan perbedaan waktu karena otak kita melewatkan suatu peristiwa.
Perbedaan persepsi waktu seperti perbedaan banyaknya gambar atau frame perdetik yang bisa berbeda-beda pada video yang direkam di saat bersamaan. Karena perbedaan framerate dan kualitas gambar dari tiap alat, data yang diterima juga berbeda. Sejumlah data yang sama bisa diproses dengan waktu yang berbeda karena kecepatan prosesor dan efisiensi algoritma. Tapi, perbedaan data dan kecepatan pemrosesan informasi dari persepsi panca indera oleh otak tidak membuktikan waktu bisa dimundurkan. Ada proses yang tidak bisa dibalik jadi satu data yang sama persis dengan aslinya seperti algoritma untuk hash atau lossy compression.
Kalau ada yang menyamakan time travel dengan saat kita membalik video atau mengulang game, itu kurang tepat. Game atau video bisa diulang karena ada data yang tersimpan. Kalau tidak ada data lama yang tersimpan dalam streaming atau siaran langsung, apa yang sudah kita lewatkan tidak bisa direverse. Daripada time travel, saya memang lebih cocok dengan possibility bahwa dunia ini seperti sumulasi game kalau mau mencari pembenaran pengulangan kehidupan kita dari keadaan dan usia tertentu. Sayangnya, tidak ada bukti tentang itu.
Kalau mau diumpamakan dengan game atau simulasi, maka kehidupan bisa seperti game yang disimpan. Jika kita memulai dari masa lalu, kita pada dasarnya cuma memainkan ulang game tersebut. Kita bisa memainkan game yang sama dengan save state yang sudah disimpan orang lain saat orang tersebut masih memainkan gamenya. Kalau begitu, kita jadi memainkan permainan yang seolah-olah sama tapi berbeda. Andaikan dunia dianalogikan sebagai game yang diulang, saat kita mengulang game di console atau perangkat yang berbeda, itu sama dengan membuat "dunia baru" di mana kita sudah paham alur dari kehidupan di dunia yang sudah pernah kita hadapi. Ini lebih mirip dengan teori time lapse yang mereset waktu dan menghasilkan multiverse.
Hmmm...., kalau kehidupan kita cuma permainan dan orang lain cuma tokoh figuran, itu akan lain lagi ceritanya. Sayangnya, kalau kehidupan kita di dunia ini bukan game atau simulasi, kita tidak bisa mengulang kehidupan kita seperti tokoh utama dalam game.
Perbedaan persepsi waktu sudah cukup banyak digambarkan di beberapa teori ilmiah, Al Qur'an, Hadits, cerita rakyat, ataupun keyakinan agama-agama selain Islam. Contoh ayat yang terkait tentang persepsi waktu adalah Al Ma'arij ayat 4 dan QS As Sajdah:5. Seorang Ahli Fisika Mesir pernah mengaitkan ayat-ayat tersebut dengan kecepatan cahaya yang merupakan sesuatu yang digunakan untuk menciptakan malaikat. Walaupun begitu, cocoklogi dengan agama kadang bisa juga cuma kebetulan. Kalian yang beragama Islam mungkin juga sudah sering mendengar tentang perbedaan waktu di alam dunia vs waktu di alam lain.
Time Travel dalam Manga, Film dan Anime
Selain dalam keyakinan atau teori sains, time travel banyak dibahas dalam Anime, manga, Novel, ataupun Film Scifi. Berikut ini beberapa Anime dan Film yang sebagiannya atau seluruhnya berisi ide tentang time travel dan relativitas waktu.
Time travel == omong kosong? Mungkin itu yang pernah saya pikirkan. Tapi, sekali lagi, percaya atau tidak dengan adanya time travel, pada akhirnya semua terserah pendapat anda saja.
Time travel dengan kembali ke masa lalu di mana ada diri kita kemungkinan besar akan menimbulkan paradox atau causal loop. Sebuah causal loop adalah persoalan / proposisi teoritis yang disebabkan oleh retrocausality atau time travel, sehingga muncul rangkaian events sebagai penyebab dari event-event lainnya yang saling terhubung dan bahkan terulang polanya. Event kedua adalah salah satu penyebab dari event yang pertama kali disebutkan, dan event tersebut memicu loop sebab akibat. Causal loop menimbulkan sebab akibat yang tidak jelas awal mulanya.
Time paradox adalah kontradiksi logis yg terjadi akibat perjalanan waktu. Dengan melakukan perjalanan waktu, masa depan yang seharusnya akan berubah, dan terjadi hal yang tidak seharusnya terjadi. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan dari time paradox.
- Ontological paradox => Ketidak jelasan pencipta dari sesuatu karena kita kembali ke masa lalu dan memberikan suatu informasi dari masa depan kepada orang yang diklaim sebagai pencipta atau pemilik suatu karya.
Misalnya, saat kita mendengar lagu dan ingin mengetahui siapa pembuat lagu tersebut, lalu kita kembali ke masa lalu dan kemudian seseorang mendengar kita menyanyikan lagu tersebut. Lalu diri kita yang lain mendengarnya di masa depan dan kembali lagi ke masa lalu untuk mencari tahu juga. Lalu siapa pencipta lagu itu sebenarnya? - Grandfather paradox => Paradox yang muncul karena kita melakukan sesuatu pada leluhur kita , misalnya saat kita membunuh leluhur kita dalam perjalanan waktu. Karena leluhur kita sudah dibunuh, kita tidak seharusnya ada karena secara logis kita tidak pernah terlahir.
- Sexual Paradox => Paradox yang muncul karena adanya interaksi seksual antara lawan jenis. Contohnya seperti saat kita menikahi ortu kita dan melahirkan diri kita sendiri.
- Predestination paradox => Paradox yang muncul karena kita ingin mencegah terjadinya sesuatu di masa lalu setelah kita mengetahui akibatnya di masa depan.
- Paradox ruang => Paradox yang muncul dari sesuatu yang berubah, berkurang, atau bertambah di dimensi ruang dari waktu tertentu.
- Newcomb paradox.
- Fermi Paradox.
Trik lainnya adalah dengan memunculkan teori multiverse atau dimensi paralel. Dimensi paralel yang dikaitkan dengan time travel menggambarkan terciptanya dunia baru dari titik waktu tertentu, atau bisa juga dibilang itu adalah versi lain dari dunia kita. Tapi, tetap saja ini sebenarnya tidak bisa mencegah kemungkinan terjadinya paradox kalau ada dua orang yang sama di satu waktu.
Selain time travel yang mengirimkan fisik kita ke masa lalu, ada juga time lapse yang lebih seperti mereset waktu. Contoh time lapse ada di anime sci-fi "Steins Gate" di mana tokoh utama kembali ke masa lalu dengan ingatannya di masa depan sebagai dirinya sendiri yang ada di masa lalu.
Apapun teori dan hipotesisnya, pendapat-pendapat yang ada saat ini tentang time travel punya "celah yang bisa ditunjukkan".
Kalau mau mengulang masa lalu, menurut saya, ada cara yang mungkin seperti membuat simulasi kehidupan virtual yang menjadikan masa lalu kita sebagai awal dari kehidupan virtual kita dengan diri kita di masa lalu sebagai avatar atau tokohnya. Kalau kita bisa membuat game atau simulasi berjalan lebih cepat dari waktu yang sebenarnya dan melibatkan kita di dalamnya, bukan tidak mungkin kita bisa mengulang kisah hidup kita dengan ingatan yang berbeda. Tapi, tetap saja, itu bukan perjalanan waktu yang sebenarnya.
Relativitas waktu
Mungkin ada yang mengaitkan time travel dengan relativitas waktu. Tapi, soal relativitas waktu, saya punya pandangan lain. Ini lebih seperti persepsi perbedaan kita dalam menafsirkan waktu, dan bukan soal time travel. "Time can be faster" or "time can be slower" for two person who experience the same event. Kita juga bisa merasakan perbedaan waktu karena otak kita melewatkan suatu peristiwa.
Perbedaan persepsi waktu seperti perbedaan banyaknya gambar atau frame perdetik yang bisa berbeda-beda pada video yang direkam di saat bersamaan. Karena perbedaan framerate dan kualitas gambar dari tiap alat, data yang diterima juga berbeda. Sejumlah data yang sama bisa diproses dengan waktu yang berbeda karena kecepatan prosesor dan efisiensi algoritma. Tapi, perbedaan data dan kecepatan pemrosesan informasi dari persepsi panca indera oleh otak tidak membuktikan waktu bisa dimundurkan. Ada proses yang tidak bisa dibalik jadi satu data yang sama persis dengan aslinya seperti algoritma untuk hash atau lossy compression.
Kalau ada yang menyamakan time travel dengan saat kita membalik video atau mengulang game, itu kurang tepat. Game atau video bisa diulang karena ada data yang tersimpan. Kalau tidak ada data lama yang tersimpan dalam streaming atau siaran langsung, apa yang sudah kita lewatkan tidak bisa direverse. Daripada time travel, saya memang lebih cocok dengan possibility bahwa dunia ini seperti sumulasi game kalau mau mencari pembenaran pengulangan kehidupan kita dari keadaan dan usia tertentu. Sayangnya, tidak ada bukti tentang itu.
Kalau mau diumpamakan dengan game atau simulasi, maka kehidupan bisa seperti game yang disimpan. Jika kita memulai dari masa lalu, kita pada dasarnya cuma memainkan ulang game tersebut. Kita bisa memainkan game yang sama dengan save state yang sudah disimpan orang lain saat orang tersebut masih memainkan gamenya. Kalau begitu, kita jadi memainkan permainan yang seolah-olah sama tapi berbeda. Andaikan dunia dianalogikan sebagai game yang diulang, saat kita mengulang game di console atau perangkat yang berbeda, itu sama dengan membuat "dunia baru" di mana kita sudah paham alur dari kehidupan di dunia yang sudah pernah kita hadapi. Ini lebih mirip dengan teori time lapse yang mereset waktu dan menghasilkan multiverse.
Hmmm...., kalau kehidupan kita cuma permainan dan orang lain cuma tokoh figuran, itu akan lain lagi ceritanya. Sayangnya, kalau kehidupan kita di dunia ini bukan game atau simulasi, kita tidak bisa mengulang kehidupan kita seperti tokoh utama dalam game.
Perbedaan persepsi waktu sudah cukup banyak digambarkan di beberapa teori ilmiah, Al Qur'an, Hadits, cerita rakyat, ataupun keyakinan agama-agama selain Islam. Contoh ayat yang terkait tentang persepsi waktu adalah Al Ma'arij ayat 4 dan QS As Sajdah:5. Seorang Ahli Fisika Mesir pernah mengaitkan ayat-ayat tersebut dengan kecepatan cahaya yang merupakan sesuatu yang digunakan untuk menciptakan malaikat. Walaupun begitu, cocoklogi dengan agama kadang bisa juga cuma kebetulan. Kalian yang beragama Islam mungkin juga sudah sering mendengar tentang perbedaan waktu di alam dunia vs waktu di alam lain.
Time Travel dalam Manga, Film dan Anime
Selain dalam keyakinan atau teori sains, time travel banyak dibahas dalam Anime, manga, Novel, ataupun Film Scifi. Berikut ini beberapa Anime dan Film yang sebagiannya atau seluruhnya berisi ide tentang time travel dan relativitas waktu.
- Back To the Future
- Terminator
- Frequency (2000)
- The Time Machine (2002)
- TimeLine (2003)
- The Butterfly Effect (2004)
- The Time Traveler's Wife (2009)
- Looper (2012)
- Predestination (2014)
- Project Almanac (2015)
- Doraemon
- Steins Gate
- The Girl who Leapt Through Time
- Orange
- Ushinawareta Mirai wo Motomete
- Revision
- Mahou sensei Negima
- UQ Holder
- Fairy tail
- Yomeiro choice
- Uchiage Hanabi
- Island
- Punch Line
Time travel == omong kosong? Mungkin itu yang pernah saya pikirkan. Tapi, sekali lagi, percaya atau tidak dengan adanya time travel, pada akhirnya semua terserah pendapat anda saja.