Nama Indunesia berasal dari bahasa Yunani, Indus dan Nesia yang berarti kepulauan India. Ini pertama kali diperkenalkan oleh George Samuel Windsor Earl dalam artikel berjudul "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian, and Malay-Polinesian Nation". Nama ini kemudian digunakan kembali oleh James Richardson Logan dalam jurnal artikelnya yang berjudul "The Ethnology of the Indian Archipelago" dengan mengganti huruf u menjadi o. Nama India kemudian digunakan oleh organisasi "Indonesische Vereeniging" untuk menamai surat kabarnya dengan nama "Indonesia Merdeka". Nama Indonesia dipilih oleh para founding fathers Indonesia dari sekian banyak pilihan yang mungkin dengan beberapa pertimbangan.
Sebelum pengunaan nama Indonesia, Belanda menggunakan nama Nederlands-Oost-Indiƫ dan Dutch East Indies sebagai pembeda dengan Hindia Barat yang digunakan Columbus untuk menyebut beberapa wilayah di benua Amerika. Nama Indonesia belum digunakan saat Indonesia masih terdiri dari banyak kerajaan.
India sendiri juga awalnya tidak bernama India. Sempat ada ide beberapa tokoh di India untuk mengubah nama India menjadi Bharat. Bharat sendiri bukan cuma mewakili India, tapi juga beberapa negara "pecahan dari India" seperti Pakistan & Bangladesh.
Indonesia sebelumnya bukan satu negara seperti sekarang. Itu juga salah satu alasan orang Belanda tidak mau disebut menjajah Indonesia selama 3,5 abad. Sebelumnya Indonesia masih terdiri dari sekumpulan kerajaan. Founding father di Indonesia memilih nama Indonesia dari beberapa pilihan yang ada; misalnya Melayunesia, Nusantara, dll.
Beberapa orang Eropa saat itu menganggap Indonesia cuma penerima budaya India. Padahal Indonesia mayoritasnya termasuk rumpun Austronesia, dan Sebagiannya melanesia. Kenyataannya Indonesia menerima akulturasi maupun asimilasi dari beberapa budaya lain seperti Cina, Arab, & dilanjutkan beberapa negara penjajah dari Eropa.
Nama India, Indonesia, dan samudera Hindia awalnya digunakan orang Eropa untuk menamai beberapa negara yang mereka duga India. Ini sebagiannya berawal dari kesalahpahaman terkait dengan letak India. Salah satu contoh "kesalahan" orang Eropa misalnya penamaan "suku Indian". Selain itu mereka menggunakan sebutan Hindia timur untuk beberapa wilayah di Asia, salah satunya Indonesia. Hindia Barat digunakan untuk menyebut wilayah di Karibia yang termasuk negara-negara pulau dan perairan di sekitar tiga kepulauan besar: Greater Antilles, Lesser Antilles dan Kepulauan Lucayan.
India sendiri juga awalnya tidak bernama India. Sempat ada ide beberapa tokoh di India untuk mengubah nama India menjadi Bharat. Bharat sendiri bukan cuma mewakili India, tapi juga beberapa negara "pecahan dari India" seperti Pakistan & Bangladesh.
Indonesia sebelumnya bukan satu negara seperti sekarang. Itu juga salah satu alasan orang Belanda tidak mau disebut menjajah Indonesia selama 3,5 abad. Sebelumnya Indonesia masih terdiri dari sekumpulan kerajaan. Founding father di Indonesia memilih nama Indonesia dari beberapa pilihan yang ada; misalnya Melayunesia, Nusantara, dll.
Beberapa orang Eropa saat itu menganggap Indonesia cuma penerima budaya India. Padahal Indonesia mayoritasnya termasuk rumpun Austronesia, dan Sebagiannya melanesia. Kenyataannya Indonesia menerima akulturasi maupun asimilasi dari beberapa budaya lain seperti Cina, Arab, & dilanjutkan beberapa negara penjajah dari Eropa.
Nusantara atau Indonesia?
Penyebutan Nusantara untuk negara kita juga kurang tepat karena Nusantara cuma sebatas target yang disatukan kerajaan Majapahit. Nama Nusantara dipengaruhi bahasa kawi yang banyak dipengaruhi bahasa sansekerta. Nusa artinya pulau, dan antara secara harfiah artinya luar. Kata Nusantara tercatat dalam kitab Negarakertagama yang merupakan catatan konsep kenegaraan Majapahit. Penggunaan istilah Nusantara dipakai Majapahit untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia.
Konsep Nusantara awalnya bukan berasal dari Patih Gajah Mada, melainkan Raja Kertanegara dari Singasari. Cakravala Mandala Dvipantara digunakan oleh Kertanegara untuk menggambarkan aspirasi mengenai Kepulauan Asia Tenggara yang bersatu di bawah kekuasaan Singasari. Dvipa artinya sama dengan nusa, yaitu pulau. Majapahit bertujuan untuk melanjutkan target tersebut.
Kenyataannya, target penyatuan Nusantara oleh majapahit tidak sesuai harapan karena adanya Perang Bubat. Nusantara sendiri dinilai lebih identik dengan Jawa yang merupakan lokasi dari kerajaan Majapahit.
Nama Samudera Hindia
Selain Indonesia, Nama samudera Hindia juga merupakan pemberian orang Eropa, khususnya kartografernya. Pemberian nama samudera ini, menurut Peder Gammeltoft dalam "Why is the North Sea West of Us?" (Journal of Maritime and Territorial Studies, 2016), adalah hak prerogatif kartografer Barat, khususnya Portugis dan Belanda. Mereka gemar membuat peta dan menamai wilayah-wilayah yang ada di peta sesuai kehendak mereka sejak abad ke-19. Vaz Dourado merupakan kartografer pertama di dunia yang menggambar peta Asia, termasuk di dalamnya Samudra Hindia. Pada bagian Indonesia, Dourado menyebut laut yang mengitari Indonesia sebagai Mare Indium Orientalis atau Laut Hindia Timur. Sementara kartografer Belanda menyebutnya sebagai Oost-Indische Zee. Penyebutan "Samudra Hindia bagian Indonesia" ini perlahan menjadi Samudra Hindia seperti yang kita kenal sekarang.