"Jawa adalah kunci" merupakan pernyataan yang dipopulerkan Syubah Asa saat memerankan DN Aidit dalam film G30S PKI. Lalu, benarkah Jawa adalah kunci?
Suku Jawa merupakan suku dengan populasi paling banyak, yaitu 40,22% dari jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 95.217.022 jiwa pada tahun 2023. Populasi Suku Jawa banyak bermukim di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Di Yogyakarta. Di wilayah lain, banyak transmigran dari suku Jawa karena kebijakan transmigrasi yang pernah dilakukan Presiden Suharto.
Suku terbanyak kedua adalah suku Sunda yang juga berada di pulau Jawa. Populasinya mencapai 36.701.670 jiwa pada tahun 2023. Suku Sunda banyak berada di wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Sama dengan suku Jawa, di luar Jawa pun banyak orang dari suku Sunda.
Jika dasar dalam menentukan segala sesuatu ditentukan berdasarkan suara mayoritas, mungkin memang benar "Jawa adalah kunci". Ini tentu saja juga ditentukan oleh pola pikir setiap individu.
Politik dan Primordialisme
Saat kita melihat populasi suku terbanyak, pernyataan "Jawa adalah kunci" cukup rasional karena suara terbanyak adalah penentu siapa yang terpilih dalam pemilu dengan sistem demokrasi. Hal ini akan diperkuat dengan adanya primordialisme.
Primordialisme definisinya adalah suatu sikap memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan segala sesuatu yang ada di lingkungan. Ini menjadi baik ketika hanya dikaitkan dengan semangat mempertahan tradisi dan budaya. Tapi primordialisme yang terlalu berlebihan kadang bisa mempersulit calon presiden dari luar suku Jawa untuk menjabat karena ada anggapan bahwa hanya orang dari suku mayoritas yang tepat untuk memimpin, dalam hal ini suku Jawa, apalagi kalau itu sudah dipegang teguh tanpa mau diganggu gugat. Presiden dari suku lain mungkin akan terpilih jika setiap orang mengabaikan suku sebagai pertimbangan dalam memilih presiden, dan lebih fokus ke kualitas individunya.
Kenyataannya, presiden yang pernah memimpin di Indonesia hampir semuanya berasal dari suku Jawa. BJ habibie mungkin ayahnya suku Gorontalo, dan beliau terlahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan. Tapi ibunya berasal dari Yogyakarta. Selain itu, beliau tidak terpilih lewat pemilu.
Pembangunan yang Dominan di Pulau Jawa
Pada masa penjajahan Belanda, markas VOC pertama berada di Banten. Selain itu, banyak bangunan dan infrastruktur penting yang dibangun Belanda di pulau Jawa. Contoh infrastruktur di pulau Jawa misalnya Jalan Anyer-Panarukan yang dibangun pada masa kepemimpinan Daendels saat dia menjabat sebagai gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Pembangunan yang dominan di pulau Jawa berlanjut pada masa penjajahan Jepang hingga masa kepemimpinan presiden Sukarno. Pada masa kepemimpinan Sukarno monas dibangun di Jakarta, tepatnya pada 17 Agustus 1961. Banyak bangunan non-pemerintahan lain terutama monumen dan patung yang dibangun di pulau Jawa pada masa kepemimpinan presiden Sukarno. Jakarta pun dipilih sebagai Ibukota Indonesia saat Indonesia merdeka.
Pada masa kepemimpinan presiden Suharto atas inisiatif ibu Tien, TMII dibangun pada 20 April 1975 di Jakarta. Jalan tol Jagorawi yang merupakan salah satu jalan tol pertama di Indonesia dan di pulau Jawa dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan pada 1978. Pada era kepemimpinan Suharto, lagi-lagi banyak bangunan yang dibangun di pulau Jawa. Pusat Industri juga banyak berkembang di kota-kota besar di pulau Jawa.
Selain pembangunan, inisiatif untuk melakukan transmigrasi dari pulau Jawa ke pulau lain dilakukan pada masa kepemimpinan Suharto. Pada kenyataannya, ini memperluas penyebaran suku Jawa di Indonesia. Di beberapa daerah di luar Jawa banyak daerah dengan mayoritas suku Jawa. Selain itu, bahasa Jawa menjadi dominan digunakan di daerah tersebut walaupun bahasa daerah awalnya sebenarnya bukan Jawa.
Sampai saat ini, MRT, LRT, dan Jalan Tol masih dominan pembangunannya di pulau Jawa. Ide untuk memindahkan ibukota pun baru rencana yang belum terealisasi walaupun sudah diusulkan sejak presiden Sukarno memimpin.