Sejarah Pembangunan Rel Kereta Api di Indonesia

Kebanyakan rel kereta di Indonesia dibangun pada masa penjajahan Belanda. Contohnya adalah setengah dari rel yang ada di Sumatera. Pada era Jepang Hingga Orde baru, rel kereta api banyak yang dimatikan. Lebih dari 3000 km rel kereta diperkirakan mati pada masa orde lama hingga orde Baru.


Pada era orde lama, Rel Kerata api Pasuruan dan trem lintas Jakarta dimatikan. Pada tahun 1957, banyak pegawai-pegawai belanda yang melakukan eksodus karena nasionalisasi perusahaan Belanda, termasuk dari perusahaan kereta api. Tapi, di sisi lain, teknologi kereta api juga berkembang pada tahun 1953 dan beberapa tahun berikutnya dengan pergantian dari lokomotif uap ke teknologi diesel. Penyebabnya adalah kedatangan perusahaan mobil AS seperti General motors dan Ford. Beberapa jalan raya yang lebar dan bebas hambatan dibangun pada masa Bung Karno; misalnya Jalan Raya Bogor, Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, Jalan MT Haryono Jakarta, Blok M, Jalan Soekarno-Hatta di Bandung, dan Trans Sumatera.

Pada era Orde baru, jalan tol dan jalan raya banyak yang mulai dibangun karena dinilai lebih menguntungkan dengan datangnya banyak perusahaan mobil. Jalan Trans Sumatera juga dilanjutkan. Makin banyak jalan kereta yang dimatikan pada era orde baru, terutama pada tahun 1970an dan 1980-an. Peristiwa g30S PKI memperparah kondisi tersebut karena banyak tenaga ahli dan pegawai PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) yang di-PHK akibat tidak lolos screening anti komunis pada tahun 1965. Pada tahun 1970an juga mulai populer lagu Anak-anak ciptaan Ibu Soed yang berjudul "Naik kereta api". Lagu Iwan fals yang berjudul "Kereta Tiba Pukul Berapa" menggambarkan sering telatnya kereta api pada saat itu.

Di era Gus dur dan Megawati kereta api dianggap tidak terlalu penting pembangunannya. Walaupun Begitu, Pak Habibie sempat beberapa kali melakukan penelitian soal MRT & kereta api yang tidak sempat beliau bangun pada masa kepemimpinannya. Kereta Api baru berkembang pada era SBY dengan masuknya Ignasius Jonan ke PT KAI. Beberapa rel kereta api dibangun pada era SBY, walaupun sebagiannya mangkrak karena baru akan dibangun di akhir masa jabatannya. Kereta-kereta yang mangkrak tersebut baru dilanjutkan pembangunannya pada era Jokowi.

Di sisi lain, Pak Fauzi Bowo mulai membangun MRT di Jakarta berdasarkan usulan dari mantan Presiden B.J. Habibie. Pada akhir masa jabatannya, 26 April 2012 beliau menandatangi kerjasama dengan Perusahaan Jepang. Walaupun begitu, realisasinya baru dimulai pada saat Jokowi menjabat sebagai gubernur Jakarta pada tahun 2015.

Setelah 2 tahun & Jokowi mundur Ahok sempat menghentikan pembangunan MRT karena beberapa jalurnya yang melewati sungai dinilai bisa memperparah Banjir. Dari MRT yang ide awalnya menggunakan Jembatan layang, prioritas pembangunan rel kereta berubah menjadi LRT yang relnya diletakkan di atas tanah. LRT sendiri pada dasarnya adalah kereta listrik yang lebih ramping jika dibandingkan dengan kereta listrik biasa. Setelahnya, pembangunan MRT & LRT masih dilanjutkan pada era Anies Baswedan.

Pada saat Jokowi menjabat sebagai presiden ada ide pembangunan rel Trans sumatera yang belum dilanjutkan hingga saat ini. Saat itu, Ignasius Jonan pernah menjabat sebagai menteri perhubungan sebelum direshuffle dan diangkat lagi sebagai menteri ESDM. Dibandingkan dengan jenis kereta lain, Jokowi lebih memprioritaskan kereta cepat di pulau Jawa. Pembangunan terbesar di era Jokowi lebih banyak berupa jalan tol dibandingkan dengan jalan kereta Api.
Sumber:
Terbaru
Sebelumnya
Next Post »