Sejarah Industri Pornografi

Pornografi berasal dari kata porni yang berarti prostitusi, dan grafein yang artinya menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi didefinisikan sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks. 

Pornografi bagi sebagian orang dianggap subjektif karena beberapa gambar dan pahatan di masa lalu sudah biasa menampilkan gambaran telanjang seseorang. Gambar itupun tidak ditujukan untuk membangkitkan hasrat birahi. Di sisi lain, batasan fisik yang bisa ditampilkan selain kemaluan berbeda di setiap budaya. Dada perempuan di sebagian budaya dianggap perlu ditutup karena memicu birahi. Di sebagian budaya yang lain dada perempuan tidak harus ditutupi, contohnya di Papua dan beberapa negara Afrika di mana perempuannya masih tidak menutup dadanya dengan kain atau topless. Saat charlie chaplin berkunjung pada 1932 di Bali, masih banyak perempuan yang berlalu lalang di pasar dan luar ruangan dengan dada yang terbuka.

Beberapa pahatan dan lukisan di masa lalu banyak yang menampilkan tubuh telanjang seseorang. Di sebagian pahatan candi juga ada yang menampilkan orang-orang tanpa pakaian yang melakukan hubungan layaknya suami isteri, contohnya di candi Khajuraho di India. Walaupun tidak sampai menampilkan hubungan intim; lukisan, patung dan pahatan dari Yunani kuno biasa menampilkan alat kelamin dari para dewanya.

Di Jepang, gambar-gambar erotis yang ditemukan ada yang berasal dari abad 17 dan seterusnya. Selain itu ada juga Shinto Kanamara Matsuri yang menampilkan replika dan bahkan kuliner yang menyerupai penis. Dada umumnya tidak di tutup pada beberapa anime dewasa dan video porno di Jepang. Walaupun begitu, Industri pornografi di Jepang melarang untuk menampilkan alat kelamin dan terbiasa melakukan sensor pada bagian tersebut.

Pornografi berkembang saat fotografi dan kemudian film mulai ditemukan pada abad ke-19. Film porno dapat diakses publik sejak tahun 1920an, dan popularitasnya meroket pada tahun 1960an. Munculnya DVD pada tahun 1990an dan kaset video pada tahun 1980an memungkinkan penyebaran film porno secara luas. Ada yang mengatakan Le Coucher de la MariĆ©e yang disutradarai Albert Kirschner pada tahun 1896 merupakan video erotis pertama, walaupun begitu, kenyataannya tidak ada adegan hubungan intim seperti yang biasa ditemukan dalam video porno saat ini.

Dengan ditemukannya internet pada tahun 1969, beberapa situs porno bermunculan. Pemerintah di beberapa negara sudah melakukan pembatasan agar situs tersebut tidak dapat diakses. Sayangnya, hal tersebut tidak terlalu efektif karena tetap ada cara untuk mengakses situ-situs tersebut.
Berikutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »